Karakter Pendidikan di Tiongkok
Updated: Apr 15, 2021

Pendidikan di Tiongkok dicirikan sebagai "kepecayaan rakyat yang sejati", selalu memainkan peran utama dalam tradisi Tiongkok. Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang selalu dijunjung tinggi dan dihormati. Pentingnya pendidikan dapat dilihat dalam puisi Kaisar Zhenzong (968–1022 M) dari dinasti Song.
劝学诗
富家不用买良田,书中自有千钟粟。
fù jiā bù yòng mǎi liáng tián , shū zhōng zì yǒu qiān zhōng sù 。
安居不用架高堂,书中自有黄金屋。
ān jū bù yòng jià gāo táng , shū zhōng zì yǒu huáng jīn wū 。
出门莫恨无人随,书中车马多如簇。
chū mén mò hèn wú rén suí , shū zhōng chē mǎ duō rú cù 。
娶妻莫恨无良媒,书中自有颜如玉。
qǔ qī mò hèn wú liáng méi , shū zhōng zì yǒu yán rú yù 。
男儿欲遂平生志,五经勤向窗前读。
nán ér yù suì píng shēng zhì , wǔ jīng qín xiàng chuāng qián dú 。
Dorongan Belajar
Untuk jadi kaya Anda tak perlu membeli ladang, ribuan ton jagung bisa ditemukan di buku.
Untuk membangun rumah Anda tidak perlu memasang tiang tinggi,
Rumah emas bisa ditemukan di buku-buku.
Untuk mencari istri Anda tidak perlu khawatir tidak memiliki pencari jodoh yang baik,
Gadis secantik giok bisa ditemukan di buku-buku.
Untuk bepergian Anda tak perlu khawatir tak ada pemandu menyertai
Rombongan kereta kuda dapat ditemukan di dalam buku.
Ketika seorang pria ingin memenuhi ambisi hidupnya,
Dia hanya perlu rajin mempelajari enam karya klasik.
Sebagian besar keluarga di Tiongkok meyakini bahwa pendidikan adalah kebutuhan yang paling penting, lebih penting daripada keinginan-keinginan kecil lainnya. Pengeluaran keluarga untuk pendidikan merupakan pengeluaran tertinggi kedua dari anggaran keluarga di Tiongkok, melebihi pakaian, makanan, perumahan. Oleh karena itu, memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak adalah prioritas utama oleh mayoritas orang tua Tionghoa. Di level pemerintahan, Kementerian Pendidikan Tiongkok memiliki misi untuk "memodernisasi Tiongkok melalui pendidikan" lewat sertifikasi guru, standarisasi buku teks dan kurikulum, serta menetapkan standar pendidikan nasional.
Bagaimana Tiongkok sangat mementingkan pendidikan sehingga menjadi negara terkuat di Asia, bahkan di dunia ? beberapa faktor ini memperjelas pencapaiannya.
1. Jam Pelajaran Panjang dan Isi Mata Pelajaran yang Berat
Pelajar Tiongkok menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah daripada pelajar-pelajar di negara lain. Durasi waktu bersekolah di sekolah semakin lama dan semakin bertambah, sedangkan hari liburnya semakin pendek. Pada umumnya sekolah dimulai pada jam 7:30 pagi dan berlangsung sampai jam 4 sore dari Senin sampai Jumat. Pada hari Sabtu, banyak sekolah mengadakan kelas pagi untuk pelajaran sains. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga ikut補習班 (buxiban), semacam pelajaran tambahan di luar sekolah. Meskipun sekolah tidak mewajibkan, namun bagi banyak pelajar adalah suatu keharusan jika mereka tidak ingin tertinggal dari teman sekolahnya, khususnya pada bidang Matematika, Sastra, Bahasa Inggris, Kimia, dan Fisika.
Rata-rata dari jam 6 pagi dan sampai jam 11 malam, seluruh hari mereka dihabiskan untuk belajar di kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah mereka keesokan harinya. Seringkali tidak ada sissa waktu untuk bermain dengan teman-teman mereka atau mempraktikkan hobi di luar dunia akademis. Sebagai akibat dari kurangnya partisipasi dalam mata pelajaran non-akademik, mereka memiliki keterampilan komunikasi yang buruk dan kurangnya kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Sebagian besar pelajar Tiongkok, atau bahkan pelajar Asia pada umumnya, hanya pandai menghafal dalam hal teori. Ketika sampai pada penerapan sebenarnya, mereka seringkali tidak dapat bersaing dengan siswa Barat.
Akibat dari pelajaran yang seabrek banyaknya, menjadikan tutor sebagai kebutuhan, maka banyak dari pelajar yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, membayar biaya les belajar tambahan. Pelajaran di sekolah pun lama-lama tidak dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
2 Terobsesi Prestasi
Orang Tiongkok terobsesi dengan peringkat dan pencapaian, ini sebagian besar disebabkan oleh konsep "wajah". Dikaitkan dengan pendidikan, siswa selalu diajarkan untuk belajar serta berprestasi demi keluarga dan negara. Terkadang terasa bahwa siswa belajar dengan giat bukan untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi untuk mendapatkan peringkat tinggi dalam ujian mereka. Filosofi utama dari pendidikan Tiongkok adalah Anda harus pandai dalam segala hal. Siswa dihujani dengan semua jenis mata pelajaran dan telah diajarkan sejak usia sangat muda.
Karena mereka harus belajar banyak pada satu waktu, akhirnya hanya menghafal daripada mempelajari dengan hati. Mereka seakan tidak menikmati belajar, atau memahami arti sebenarnya dari apa yang mereka pelajari. Setelah mengikuti ujian mereka, sebagian besar melupakan sama sekali apa yang telah mereka pelajari karena mereka tidak terhubung dengan konten. Karenanya, mahasiswa Tiongkok dinilai kurang memiliki tujuan yang jelas. Selain bersaing untuk mendapatkan peringkat di kelas, mereka biasanya tidak memahami tujuan dari apa yang mereka pelajari.
3. Siswa yang Penurut
Sistem pendidikan Tiongkok terlihat cenderung pasif. Kreativitas dan pemikiran kritis tidak sering didorong. Ini bisa jadi karena ukuran kelas dan konten yang melimpah sehingga siswa terpaksa harus menghafalnya. Guru sering kali tidak memiliki waktu untuk mendapatkan jawaban yang kreatif atau energi untuk mendorong kreativitas dari siswanya. Meskipun mahasiswa Tiongkok menganalisis sastra, mereka jarang menulis esai sendiri. Guru atau tutor adalah orang-orang yang benar-benar melakukan pekerjaan itu dan siswa hanya menghafal teks. Dengan begitu, mereka dijamin mendapat nilai bagus.
Siswa cenderung meniru ide orang lain karena mereka kesulitan untuk menemukan ide mereka sendiri. Gaya pendidikan pasif ini menghasilkan sistem pendidikan yang monoton dan kaku. Mereka enggan untuk bertanya karena hal itu menunjukkan kurangnya pengetahuan mereka. Siswa enggan mengkritik orang lain untuk mencegah mereka "kehilangan muka" juga.
4. Menghormati Guru
Berdasarkan survei penelitian The National Institute of Economic and Social Research and the Varkey Foundation terhadap siswa di 35 negara menunjukkan bahwa Tiongkok menempati urutan pertama dimana profesi guru dianggap memiliki status sosial yang tinggi. Di Tiongkok, sebanyak 81% percaya bahwa murid menghormati guru mereka, dibandingkan dengan rata-rata internasional 36%, dalam survei terhadap 35.000 orang. Selain Tiongkok di posisi tertinggi, beberapa negara di Asia seperti Korea dan Singapura juga menduduki peringkat atas terkait penghormatan siswa terhadap guru. Di Tiongkok pula, termasuk India, banyak keluarga mendukung serta mendorong anaknya menjadi guru. Indonesia pun sebenarnya menempati peringkat yang tinggi, yaitu peringkat ke 5 setelah Rusia.
5. Segudang PR
Jam pelajaran yang panjang, guru yang memaksa mereka menghafal, dan segudang peraturan ketat lainnya sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi para murid. Kota Shanghai menempati urutan pertama di dunia sebagai kota dengan waktu terlama yang dihabiskan siswa untuk mengerjakan PR, yaitu 13,8 jam per minggunya.
6. Kebiasaan Berkompetisi
Kompetisi yang paling sengit di antara sekian banyak kompetisi di sekolah adalah ujian masuk perguruan tinggi atau dikenal dengan istilah Gao Kao. Mereka mempersiapkan Gao Kao ini sejak dari tahun kedua di bangku SMA. Untuk memberikan gambaran betapa sengitnya kompetisi maka kita bisa mengambil contoh penerimaan di Universitas Tsinghua pada tahun 2016. Universitas Tsinghua merupakan universitas yang seringkali menempati peringkat pertama nasional dan peringkat 17 berdasarkan World University Ranking tahun 2019. Tingkat penerimaan Universitas Tsinghua di 31 provinsi kebanyakan di bawah 0,07% dan di bawah 0,02% untuk 2 provinsi terbawah (Guangdong dan Guizhou). Saingan Tsinghua, yaitu Universitas Peking, juga memiliki tingkat penerimaan yang sama. Ambil contoh jika kita tinggal di provinsi dengan peserta Ujian Nasional 7,3 juta sedangkan kuotanya 132 kursi, maka peluang kita hanya 0,018% saja
Keenam faktor di atas adalah sebagian dari sistem pendidikan Tiongkok yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Meskipun pemerintah Tiongkok pada tahun 2021 mewacanakan perubahan pada sistem pendidikan yang sangat memberatkan tersebut, namun pada praktinya masih akan membutuhkan waktu yang tak sebentar.
