Gencar Menggaet Wisatawan Tiongkok
Esai oleh : Hendy Yuniarto

Ilustrasi
Kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok sangat intens sejak awal pemerintahan Jokowi. Salah satu kolaborasi paling penting kedua negara adalah dalam sektor pariwisata. Sektor pariwisata secara langsung memberikan manfaat besar bagi pemerintah dan juga kesejahteraan rakyat. Fakta bahwa jumlah kedatangan wisatawan asing dari Tiongkok setiap tahunnya meningkat, pemerintah Indonesia tanggap mengambil tindakan untuk mempertahankan dan terus menggenjot dengan mengambil berbagai cara sehingga wisatawan Tiongkok berbondong-bondong datang, bahkan dalam beberapa tahun sempat menempati peringkat pertama sebagai wisatawan asing paling sebelum akhirnya disalip Malaysia pada 2019.
Tahun 2015 presiden Joko Widodo menyusun rencana untuk industri pariwisata sebagai sektor utama, karena telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Pada 2017 Pariwisata Indonesia berkontribusi 10% terhadap PDB nasional. PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8% menjadi 6,9%, lebih tinggi dari industri pertanian, otomotif, dan pertambangan. Dibandingkan dengan industri besar lainnya, pariwisata Indonesia berada di peringkat ke-4 sebagai penghasil devisa nasional sebesar 9,3%. Sektor industri pariwisata meningkat dari nomor 4 pada 2013-2015 menjadi nomor 2 pada 2016. Dari tahun ke tahun sektor pariwisata menunjukkan peningkatan yang direncanakan.
Industri pariwisata Indonesia dapat menciptakan lebih dari 9,8 juta. Sektor pariwisata tumbuh 30% dalam 5 tahun penciptaan lapangan kerja. Dibandingkan dengan industri rata-rata yang membutuhkan modal besar untuk setiap pekerjaan, pariwisata Indonesia memiliki modal penciptaan lapangan kerja yang cukup rendah untuk setiap pekerjaan. Pengembangan pariwisata Indonesia dimulai sejak pertengahan 1970-an yang ditandai dengan pendapatan valuta asing dan bisnis hotel meningkat setiap tahun. Setelah tahun 1990, industri pariwisata Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Kedatangan turis asing meningkat lebih dari 4 juta pada tahun 1994 dan 4,5 juta pada tahun 1995. Mereka terutama dari Singapura, Malaysia, Jepang, dan Australia. Setelah 1997, Indonesia menderita krisis keuangan dan kekacauan politik. Selain itu, dampak buruk terorisme dan SARS menghambat pengembangan bisnis pariwisata. Di era pasca reformasi, stabilitas politik domestik, dan hukum membaik dan industri pariwisata meningkat.
Wisatawan asing mencapai 6,4 juta pada 2008 dan lebih dari 7 juta pada 2010. Beberapa peristiwa dalam negeri seperti bencana alam dan serangan teroris cukup mempengaruhi perkembangan industri pariwisata. Pertumbuhan wisatawan asing tercermin pada rata-rata lama menginap, pengeluaran rata-rata per orang, dan pendapatan valuta asing dari 2011 hingga 2016. Berdasarkan Statistik Indonesia (BPS) Pada 2017, 14,4 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. Jumlah itu tidak melebihi target pemerintah yakni sebanyak 15 juta wisatawan asing. Hal yang dianggap sebagai penyebab utamanya adalah letusan Gunung Agung di Bali. Bencana alam ini memiliki dampak yang signifikan karena Bali masih sebagai ikon dan tujuan utama pariwisata Indonesia.
Daya saing pariwisata Indonesia dilihat dari Indeks Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata (TTCI) mengalami peningkatan peringkat yang sangat signifikan. Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), TTCI Indonesia naik dari peringkat 70 pada 2013 menjadi 42 pada 2017. Pada 2019, Indonesia menargetkan peringkat 30 di dunia. Di tingkat ASEAN, Indonesia menempati urutan ke 4 setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Unsur-unsur penilaian daya saing pariwisata meliputi lingkungan bisnis, keamanan, kebersihan dan kesehatan, sumber daya manusia, kesiapan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), daya saing harga, infrastruktur bandara, infrastruktur layanan, sumber daya alam, dan sumber daya budaya.
Singapura (ranking 13), Malaysia (ranking 26), dan Thailand (ranking 34) memiliki daya saing tertinggi dalam kategori kebijakan, lingkungan bisnis, dan infrastruktur di ASEAN. Selain itu, infrastruktur dan sistem transportasi Singapura adalah salah satu yang terbaik di dunia. Dalam sumber daya alam, prioritas pariwisata, dan daya saing harga Indonesia menunjukkan daya saing yang kuat. Infrastruktur Pariwisata, Infrastruktur TIK (teknologi informasi dan komunikasi), Kesehatan, dan Kebersihan adalah kelemahan daya saing pariwisata Indonesia.
Pemerintah Indonesia terus bekerja keras untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil industri pariwisata dalam berbagai konsep, rencana, dan kebijakan. Arah kebijakan, strategi, kerangka kerja peraturan, dan kerangka kerja kelembagaan untuk pengembangan destinasi dan industri pariwisata pada 2015 - 2019 secara substansial merujuk pada norma-norma: (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata; (2) Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2009 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional untuk tahun 2010 - 2025, (3) Peraturan Presiden No. 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk 2015 - 2019 dan (4) ) Peraturan Menteri tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata 2015 - 2019.
Adapun tujuan pengembangan pariwisata untuk 2015-2019 dalam rencana strategis Kementerian Pariwisata adalah: meningkatkan kualitas dan kuantitas tujuan wisata kompetitif di pasar internasional, menciptakan industri pariwisata yang dapat menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit dengan negara-negara Asia lainnya, memasarkan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, inovatif, dan interaktif sehingga kinerja pemasaran pariwisata mencapai produktivitas maksimum, mengembangkan institusi pariwisata dan tata kelola pariwisata yang dapat mensinergikan pengembangan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, serta mencapai produktivitas maksimum.
Pada tahun 2017 Kementerian Pariwisata memiliki strategi untuk mengembangkan10 Destinasi Wisata Prioritas (DPP) dengan 3 A (Daya Tarik, Fasilitas, dan Aksesibilitas), penerapan Calendar of Event (CoE) di kawasan, dan implementasi nasional dan internasional. kegiatan promosi pariwisata, pengembangan kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata, dan pemanfaatan aplikasi digital. Mengenai destinasi wisata prioritas, pemerintah Indonesia berencana untuk membuat "10 Bali baru", yang merupakan pengembangan prioritas pariwisata oleh pemerintah. Pada tahun yang sama pula Konsulat Jenderal di Shanghai bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Ekonomi Kreatif, Pusat Pengembangan Film, Garuda Indonesia, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia di Tiongkok untuk mewujudkan Indonesia Incorporated.
Mereka semua bekerja bersama untuk mengadakan Pekan Indonesia di Menara Mutiara Oriental Shanghai untuk menarik lebih banyak wisatawan dari Tiongkok.
Pemerintah Indonesia mengambil banyak cara untuk mempromosikan pariwisata, salah satunya menggunakan iklan media ruang publik seperti di beberapa trem di Melbourne, Metro di Singapura, poster di stasiun kereta Amsterdam, tempat-tempat umum di Tokyo, di bus di Paris, dan London, di layar lebar di Times Square New York, Beijing , dan Shanghai, dan kota-kota lain. Cara lain yang rutin diselenggarakan adalah mengadakan festival budaya dan kesenian di berbagai negara. Selain lewat cara tersebut pemerintah juga gencar beriklan melalui media sosial melalui influencer. Penggunaan influencer dinilai efektif untuk mendongkrak jumlah wisatawan.
Perkembangan industri pariwisata tidak terlepas dari investasi yang dilakukan oleh investor asing dan domestik. Melalui menyederhanakan peraturan pemerintah menarik investor untuk mengembangkan berbagai tujuan wisata. Pariwisata sebagai gaya hidup menjadi perhatian banyak investor asing dan domestik untuk menginvestasikan uang mereka. Fenomena ini dipengaruhi oleh jutaan orang di dunia yang naik ke kelas menengah, sehingga memengaruhi pola konsumsi dari belanja barang untuk belanja hiburan dan perjalanan. Oleh karena itu, pemerintah juga terus giat menarik investor asing dan domestik dan menyederhanakan prosedur investasi dalam hal investasi.
Realisasi investasi pariwisata meliputi realisasi investasi asing dan investasi domestik. Realisasi investasi asing berdasarkan jenis bisnisnya adalah hotel berbintang, akomodasi, restoran, dan penyedia makanan. Tiga tujuan investasi teratas adalah Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau. Berdasarkan negara asalnya, Singapura berada di peringkat pertama diikuti oleh Tiongkok dan Korea Selatan sebagai tiga investor asing teratas. Terkait dengan jumlah wisatawan, penerimaan devisa, jumlah tujuan, jumlah investasi, sumber daya manusia dalam pariwisata, dan TTCI dari tahun-tahun sebelumnya, pariwisata Indonesia menunjukkan peningkatan, termasuk kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB sebesar 15%.
Tiongkok adalah pasar potensial dan telah menjadi pasar utama pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk terus mendatangkan wisatawan Tiongkok, termasuk berbagai kolaborasi yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Kerjasama antara kedua negara dapat dianggap sangat harmonis dan menghasilkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia dan turis Indonesia ke Tiongkok. Pada 2015 wisatawan Tiongkok naik 18,98%, kemudian pada 2016 wisatawan Tiongkok naik tajam 23,67%, dan pada 2017 wisatawan Tiongkok naik 36,11%. Peningkatan ini tidak terlepas dari pembukaan penerbangan langsung. Pada Oktober 2017 maskapai Xiamen Airlines membuka rute penerbangan dari Jakarta ke Qingdao dan Dalian. Seiring dengan dibukanya rute penerbangan ini, beberapa agen perjalanan Indonesia telah mengirim delegasi ke Shandong dan Liaoning untuk mencari kerja sama pariwisata.
Pada bulan September 2017, Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok ingin meningkatkan kerja sama dalam pariwisata dengan negara-negara ASEAN. Zhang menambahkan bahwa baik Tiongkok maupun ASEAN, peningkatan kunjungan wisatawan juga sangat penting dalam memperluas wawasan publik di kedua sisi. Pernyataan itu dibuat oleh Zhang ketika memberikan pidato pada pembukaan Expo Tiongkok-ASEAN ke-14 di Nanning, Guangxi, dengan tema Pengembangan Bersama Jalan Sutra Maritim Abad 21 dan Mendukung Integrasi Ekonomi Regional melalui Pariwisata. Tiongkok telah menjadi penyumbang wisatawan asing terbesar di negara-negara ASEAN. Pada tahun 2016, lebih dari 38 juta kunjungan wisatawan dari kedua belah pihak dan lebih dari 2.700 penerbangan setiap minggu.
Acara kerja sama pariwisata Indonesia-Tiongkok berlangsung intensif dalam 5 tahun terakhir. Pada 2013, Indonesia memperbarui kerja sama pariwisata melalui kunjungan kerja Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Beijing. Kunjungan tersebut diterima oleh ketua Administrasi Pariwisata Nasional Tiongkok (CNTA) Shao Qiwei dan wakilnya Du Jiang untuk membahas pembaruan Nota Kesepahaman (MoU) dalam kerja sama pariwisata antara kedua negara. Pembaharuan MoU akan ditindaklanjuti dengan tindakan spesifik termasuk promosi, berbagi informasi, fasilitas perjalanan, peningkatan kapasitas, dan investasi pariwisata. Shao menyetujui usulan Indonesia untuk memperbarui MoU tentang kerja sama pariwisata Indonesia dan menekankan pentingnya kerja sama pariwisata. Shao menyatakan bahwa pariwisata akan meningkatkan hubungan antar manusia, perdagangan, dan investasi.
Kerja sama ini tidak lepas dari upaya Indonesia untuk mengambil inisiatif aktif untuk mengambil potensi pasar Tiongkok. Upaya untuk berkolaborasi dalam pariwisata dengan Tiongkok dilakukan oleh Presiden Indonesia, Kementerian Pariwisata, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, perusahaan pemerintah, dan pengusaha di bidang pariwisata. Pada Maret 2015, Pemerintah Indonesia dan Tiongkok menyepakati kerja sama di delapan bidang dengan menandatangani MoU. Penandatanganan MoU dilakukan di Aula Agung Rakyat oleh pejabat Indonesia dan Tiongkok dan disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping. Presiden Xi Jinping menyatakan bahwa ia akan merancang rencana aksi untuk lima tahun ke depan yang dapat menguntungkan kedua negara.
Fokus pembicaraan bilateral antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping adalah upaya untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, keuangan, infrastruktur, industri, pariwisata, dan hubungan antar manusia. Secara khusus, Presiden Joko Widodo mengundang pihak Tiongkok untuk lebih meningkatkan aliran investasi langsung di berbagai bidang ke Indonesia. Kedua presiden juga menyentuh masalah regional yang menjadi perhatian bersama. Kedua presiden sepakat untuk mensinergikan gagasan Poros Maritim Dunia dan inisiatif Jalan Sutra Maritim Abad 21 untuk mewujudkan konektivitas maritim di kawasan ini melalui pembangunan infrastruktur.
Tiongkok menyambut baik tawaran untuk bebas visa bagi wisatawan Tiongkok oleh pemerintah Indonesia selama pertemuan. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama pariwisata untuk mencapai target tahunan lebih dari 2 juta kunjungan. Kedua pihak juga sepakat untuk mempromosikan kerja sama dalam pariwisata budaya. Dalam pariwisata ini, Indonesia mengundang wisatawan Tiongkok untuk menilai paket wisata barunya, untuk melihat jejak-jejak berlayar Cheng Ho di Indonesia. Kedua pihak berkomitmen untuk mengeksplorasi proyek dan inisiatif yang saling menguntungkan melalui Kelompok Kerja Bersama Indonesia-Tiongkok tentang kerja sama pariwisata.
Kementerian Pariwisata Indonesia secara aktif terus melakukan berbagai kolaborasi dengan Tiongkok. Bekerja sama dengan perusahaan teknologi Baidu, Kementerian Pariwisata memiliki ambisi untuk meningkatkan wisatawan Tiongkok. Pada tahun 2019 Baidu memiliki lebih dari 300 juta pengguna aktif per bulan di Tiongkok. Baidu Maps adalah platform sebagaimana digunakan lebih dari 25% wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke luar negeri. Selanjutnya, Baidu Travel yang merupakan platform perjalanan di Tiongkok telah digunakan sebagai referensi utama di internet saat bepergian ke luar negeri. Melalui kolaborasi ini, Baidu akan berkontribusi untuk menyelenggarakan serangkaian lokakarya untuk mendidik operator informasi pariwisata Indonesia karena Baidu dainggap memiliki pemahaman yang tinggi tentang perilaku wisatawan Tiongkok dalam mencari informasi wisatawan.
Meningkatnya pariwisata oleh pemerintah kedua negara, memang, disertai dengan meningkatnya kebutuhan investasi dan kunjungan wisatawan. Karena itu, pemerintah dan pelaku industri pariwisata terus melakukan berbagai macam kerja sama dengan pemerintah dan pengusaha atau investor Tiongkok. Kerjasama antara kedua pihak diharapkan dapat menghasilkan manfaat dan memperkuat hubungan antar masyarakat. Pariwisata telah dirancang sebagai ekonomi inti Indonesia karena memiliki banyak keunggulan kompetitif. Sektor pariwisata dipercaya menjadi penghasil devisa terbesar pada tahun 2020, melebihi sektor minyak, gas, batubara, dan minyak kelapa sawit. Namun sayang pada awal 2020 terjadi wabah virus Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia. Industri pariwisata pun sangat terpukul dengan bencana ini.
Bagaimanapun keuntungan dari industri pariwisata dapat langsung dinikmati oleh masyarakat karena pariwisata adalah penyumbang termudah dan termurah untuk PDB, valuta asing, dan lapangan kerja. Sumber daya alam dan budaya Indonesia dapat diperkuat untuk mendukung pariwisata nasional. Pasar wisatawan asing dan domestik juga memiliki potensi besar, tetapi daya saing yang rendah masih sebagai masalah utama untuk potensi besar ini. Usaha pemerintah untuk menggaet lebih banak wisatawan dari Tiongkok adalah salah satu cara untuk meningkatkan industri pariwisata Indonesia. Meskipun pada akhirnya Tiongkok tidak lagi menyumbang wisatawan asing paling banyak, namun usaha serta harapan pemerintah untuk menggenjot sektor penghasil devisa terbesar ini harus diapresiasi demi kemaslahatan masyarakat luas.
#Turischina #Turiscina #TurisTiongkok #Kebijakanpariwisata #Pariwisata #China #Tiongkok #Cina